Selasa, 05 Maret 2013

Jejak Bijak (3) : Membantu ibu, mendongkrak nasibku

Kisah penggalan jejak bijak ini saya dapatkan dari seorang peserta diklat yang menceritakan pengalaman hidupnya tentang materi Pelayanan Prima.  Saat itu saya sampaikan bahwa pelayanan apapun yang kita berikan pada siapapun itu kebaikannya akan kembali pada kita sepanjang kita ikhlas melakukannya.  Setelah itu saya mempersilakan peserta diklat untuk menceritakan pengalamannya yang berharga yang memperkuat pernyataan saya tadi.  Beberapa peserta menyampaikan pengalamannya, namun ada satu yang saya anggap paling bermakna, sampai-sampai saya yang mendengarkannya saat itu sangat terharu dengan cerita itu.  Sebut saja peserta diklat yang bercerita itu namanya Ali.  Ali yang saat itu baru lulus dari SMU, tengah sibuk-sibuknya mengikuti test masuk ke perguruan tinggi negeri.  Dari sekian universitas yang dia ajukan, tak satupun yang bisa tembus, gagal dan gagal lagi.  Di tengah kegalauannya itu, dia mulai kehilangan harapan.  Tinggal dua sekolah tinggi yang belum dia coba untuk mengikuti test masuknya.  Persiapan belajar untuk mengikuti test mulai Ali lakukan.  Pada saat itu ternyata ibunya Ali yang seorang guru, sedang dihadapkan pada persiapan sertifikasi.  Untuk itu setiap guru harus membuat tugas akhir yang sangat menentukan tidak terkecuali ibunya Ali.  Melihat tugas akhir yang sangat tebal itu, Ali diminta tolong oleh ibunya untuk membantu mengetik sampai selesai seluruh tugas akhir itu karena ibunya juga sibuk untuk persiapan materi lainnya.  Ali yang saat itupun sedang sibuk mempersiapkan test masuk sebuah sekolah tinggi berikatan dinas, agak berat untuk membantu tugas akhir ibunya.  Hal ini menjadi dilema, jika dia bantu ibunya maka dia tidak akan lulus ke sekolah dambaannya itu karena persiapan sangat kurang, jika dia tidak bantu ibunya maka bisa dibayangkan posisi ibunya akan tidak nyaman karena gagal dalam ujian sertifikasi.  Setelah melalui pertimbangan Ali, akhirnya dia memutuskan untuk membantu ibunya saja, apalagi setelah melihat kondsisi ibunya yang terus kerja smpai larut malam untuk menyelesaikan tugasnya.  Saat itulah akhirnya ali memfokuskan pada tugas akhir ibunya.  Proses mengetik laporan yang tebal itu berhasil dia lewati selama beberapa hari sampai akhirnya tugas akhir ibunya selesai lalu ibunya bisa mengajukan sertifikasi.  Ibunya sangat berterima kasih pada Ali atas bantuannya.
Tibalah waktunya untuk Ali menghadapi test masuk ke sekolah tinggi itu.  Setelah minta doa pada ibunya Ali pun pergi menuju tempat test masuk itu.  Dalam hatinya Ali merasa pesimis karena tidak mempersiapkan test masuk ini dengan baik karena kelelahan membantu tugas akhir sang ibu.  Namun demikian saat test dia tetap memaksimalkan ikhtiarnya berbekal semua ilmu yang dia punya.
Saat pengumuman pun tiba, Ali sebetulnya tidak begitu antusias untuk melihat hasilnya, karena merasa bahwa calon-calon yang lain pasti memiliki peluang yang lebih besar untuk lulus ke sekolah tinggi itu.  Namun apa yang terjadi, Ali seolah terpana dan mulutnya pun terkatup rapat, melihat di pengumuman hasil ujian test masuk itu ternyata namanya tercantum sebagai peserta yang berhasil masuk.  Meledaklah rasa bahagia itu dalam balutan air mata haru.  Dengan bersegera Ali pulang ke rumahnya, hanya satu yang dia ingin lakukan yaitu mengucapkan terima kasih pada ibunya.  Masih teringat saat dia akan pergi ujian itu, ibunya mendoakannya dengan sangat tulus sambil berterima kasih dan bahagia bahwa anaknya telah membantunya selama seminggu untuk menyelesaikan tugasnya yang sangat berat.
Ali sambil berkaca-kaca menyalami dan memeluk ibunya karena bisa lulus ke program diploma tiga STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara), sekolah yang betul-betul dia impikan.
Saya betul-betul terharu dengan cerita Ali ini, hikmahnya adalah betapa doa ibu kita sangatlah dahsyat, berbaktilah dan perlakukan ibu dengan sebaik-baiknya maka nasibmu akan pula menjadi lebih baik.

Senin, 04 Maret 2013

Jejak Bijak (2) dikhianati tapi jadi penuh arti

Kisah hidup berikutnya adalah menggali pengalaman dari seorang sahabat yang memiliki jiwa ulet dan terlihat mapan di usianya yang masih muda.  Perbincangan berlangsung saat perjalanan dari Jakarta ke Bandung di Cipularang.  Sebutlah nama sahabat saya ini Arman.  Arman menceritakan pengalamannya yang pertama saat dia masih aktif ngajar di sebuah kursus di Jakarta.  Setelah lulus dari Sekolah Tinggi yang memiliiki ikatan dinas itu menjadikannya memiliki kemampuan di bidang Akuntansi. Mengajar bukan hanya untuk mencari nafkah tambahan namun selain itu adalah untuk menambah relasi dan sahabat. Honor berupa uang yang berhak diterima Arman akan diterima sehabis mengajar.  Pada hari itu di saat selesai mengajar, Arman mendapat kabar bahwa honornya belum bisa dibayarkan dan akan segera ditransfer di hari berikutnya. Arman tentu saja tidak menaruh curiga dan mengiyakan saja permintaan lembaga pelatihan itu.  Sampai akhirnya setelah seminggu berlalu, Arman masih belum memperoleh kabar tentang honornya lalu Arman coba menghubungi pihak lembaga pelatihan.  Ternyata Lembaga Pelatihan itu sudah tutup dan tidak memberikan keterangan pihak mana yang harus bertanggung jawab atas pembayaran honor yang seharusnya Arman terima. Rasa kecewa menyelimuti Arman, karena dia sudah berjanji pada istrinya akan memberikan seluruh honor itu untuk sebuah keperluan.  Akhirnya dia sampaikan pada istrinya tentang hal itu, dan tentu saja istrinya pun merasakan kekecewaan yang sama. Saat itu Arman mengatakan untuk tetap sabar saja menerima kejadian ini.  Arman kemudian melanjutkan kisahnya bahwa buah kesabaran dari kejadian itu adalah tiba-tiba dia dihubungi oleh salah satu siswanya yang mengajaknya bekerjasama untuk gabung di perusahaannya dalam pengerjaan sistem akuntansi perusahaannya.  Sang mantan siswa itu ternyata memberikan pula penghasilan dan beberapa kebaikan lainnya  kepada Arman sampai saat ini.
Kejadian kedua masih dari penggalan pengalaman hidupnya Arman adalah ketika dia membeli sebidang tanah dari seorang kolega yang bisa dipercaya.  Namun tak disangka dan diduga, ternyata tanah itu tanah sengketa.  Uang puluhan juta yang telah dia bayarkan jadi hilang dan tak jelas rimbanya karena ulah si kolega.  Kasus pengkhianatan ini pun dihadapi Arman dengan tetap bersabar saja, jika diadukan ke kepolisian pun akan tidak menyelesaikan masalah pikirnya.  Uang yang sudah menguap itu tidak perlu terus diingat karena akan menambah sakit hati, serahkan saja semuanya pada Allah, itulah ketetapan hatinya sehingga kuat menghadapi kasus ini. Waktu pun terus bergulir, sampai akhirnya sejumlah uang yang hampir dilupakan itu ternyata kembali dibayarkan oleh pihak keluarga sang kolega.  Saat uang itu dikembalikan, Arman sedang membuka kegiatan bisnis barunya, dan tentu saja uang ini sangat membantu.  Sampai akhirnya kegiatan bisnisnya lancar dan mampu menghasilkan keuntungan yang besar.
Dua kali dikhianati, ternyata jika dinikmati dengan penuh kesabaran dan ketawakalan, sesuatu yang tadinya hilang itu kini diganti dengan jumlah yang lebih berarti.  Begitulah hikmah dari kisah Arman bahwa dengan dengan bersabar  kita akan memperoleh kebahagiaan yang lebih besar.

Minggu, 03 Maret 2013

Jejak Bijak (1) : dibalik duka ada bahagia

Salah satu kegiatan yang saya suka adalah berbincang dengan teman yang punya prestasi.  Pengalaman hidup mereka penuh makna.  Bagaimana keputusannya, kegigihannya, lalu bagaimana menjalani langkah hidupnya sehingga sukses meraih impian. Itulah yang membuat saya bersemangat menggali kisah mereka lalu diambil hikmah yang bisa didapat yang insya Allah bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun juga untuk rekan yang lainnya. Untuk itu saya beri judul untuk tulisan ini dengan seri Jejak Bijak, menggali hikmah dengan bijak dari penggalan kisah hidup para sahabat.
Untuk kisah pertama saya gali dari seorang rekan yang masih muda yang punya segudang prestasi terutama dalam bidang penulisan, sebutlah namanya Ani.  Obrolan dengan sang tokoh bernama Ani ini memang berlangsung singkat dan padat namun banyak hikmah yang tersingkap.  Mengajar di sebuah sekolah merupakan profesi dambaan orang tuanya dan belakangan pun menjadi pilihan hatinya. Sebuah Sekolah Dasar kemudian menjadi tempatnya berkiprah dalam bidang pengajaran ini.  Sambil mengajar Ani pun berkesempatan dengan biaya sendiri melanjutkan pendidikan di sebuah Universitas yang memiliki kelas karyawan.  Kabar tentang keputusannya melanjutkan kuliah di Universitas itu ternyata menjadi pemicu konflik antara dirinya dan pihak sekolah dasar.  Sampai akhirnya Ani dibebastugaskan oleh pihak sekolah sebagai pengajar.  Berat dan sedih hatinya mendapatkan perlakuan ini.  Namun Ani mencurahkan nasibnya hanya pada Allah yang Maha Pengatur kehidupan.  "Jika hal ini memang baik akan tetap saya jalani karena Allah pasti memberikan yang terbaik buat hamba-Nya" itu kalimat yang terucap dari Ani saat terluka hatinya menerima perlakuan tersebut.  Waktu pun berlalu, Ani ternyata tetap dikenang oleh para siswanya.  Sampai pada suatu hari, melalui salah satu siswanya, ada penawaran kerja dari sebuah perusahaan untuk sebuah posisi yang betul-betul di luar dugaan Ani.  Posisi itu adalah salah satu impian Ani yang sudah lama diidamkannya, tawaran itu akhirnya diterima dengan jumlah penghasilan yang lebih besar dari posisinya sebagai pengajar di sekolah dasar itu. 
Kisah berikutnya masih dari cerita Ani. Beberapa tahun Ani pernah mengajar di sebuah SMU dan memperoleh banyak pengalaman berharga sehingga jadi lebih memahami dunia remaja.  Sampai pada suatu hari, pihak sekolah dengan berat hati mencoret namanya dari daftar guru honorer di sekolah itu karena ada famili pejabat yang akan masuk sebagai guru.  Di kala Ani menikmati menjadi pengajar di sekolah itu, lagi-lagi dia harus menghadapi perlakuan yang sangat tidak adil.  Kembali dia hanya mencurahkan rasa sedihnya itu hanya pada Tuhan, dan Ani sangat yakin bahwa bakal ada sesuatu yang lebih berharga yang akan dia terima jika dia mampu menerima cobaan ini dengan sabar dan tawakal.  Dan ternyata keyakinannya itu terbukti, tidak lama setelah itu Ani mendapatkan sebuah pekerjaan yang memiliki nilai pengalaman yang lebih bagus dan tentu memiliki sisi ekonomis yang lebih baik.  Dengan rasa syukur Ani menerima dan menjalani pekerjaan itu dengan penuh arti.  Saat pertemuan dengan Ani akan diakhiri, kami yang mendengar perbincangan Ani sepakat bahwa  dibalik sebuah duka itu terkandung bahagia. Tinggal kita saja yang menghadapinya apakah melihat sebuah cobaan dari sisi duka atau dari sisi bahagia. Maka hikmah yang didapat dari kisah Ani di atas adalah apapun itu yang terjadi serahkan saja pada Allah yang maha Pengatur, apapun itu pasti adalah untuk sebuah kebaikan, berawal duka namun berakhir bahagia, nikmati saja prosesnya.  Itulah kehidupan.

Senin, 25 Februari 2013

tentang muda dan bijak

Menjadi tua itu sebuah kepastian.
Menikmati masa muda itu pilihan
Merasa awet muda itu keputusan

Memiliki banyak bini muda itu keterlaluan
Menikmati tanggal muda itu keceriaan karena baru gajian
Banyak beribadah selagi muda itu kemuliaan
Memahami kaum muda itu kebijakan

siapa yg menanam dia akan menuai hasil

Sepulang dari Jakarta, saya ambil motor beat merahku dari kantor di kawasan Gadobangkong Kabupaten Bandung Barat.  Perjalanan menuju rumah terasa lebih lengang karena waktu sudah menunjukan pukul 11 malam.  Suasana kemacetan yang biasa ada saat itu terasa sepi.  Berkendaraan motor di saat sepi bawaannya ingin memacu lebih kencang, namun saya malah ingin menikmati malam itu dengan berkendaraan secara aman dan nyaman.  Kala asik menikmati jalan yang lengang, tiba-tiba saya dikejutkan oleh seorang pengendara motor yang memacu kencang kendaraannya.  Dengan gaya zigzag dia melesat lebih cepat melewati beberapa motor saja yang terlihat berlalu lalang di depan mesjid Agung Cimahi.  Dari kejauhan saya melihat seorang bapak tua menyebarang jalan, sekitar BCA raya barat.  Dari kejauhan pun saya lihat sepertinya sang bapak arahnya bersamaan dengan si pengendara motor yang melaju cepat dan zigzag tadi.  Kekhawatiran akan terjadinya tubrukan itu memang terbukti.  Sang bapak tua terjerembab ke aspal karena ditubruk oleh si pengendara motor.  Si pengendara motor hanya terlempar tapi motornya tetap bisa dia kendalikan.  Karena suasana sepi, si pengendara motor malah memacu motornya lebih cepat alias kabur.  Beberapa orang yang ada di sekitar jalan itu segera menolong si bapak, lalu saya yang tengah melaju berinisiatif untuk mengejar si pelaku tabrak lari itu.  Si pelaku dan motornya begitu cepat melaju, setelah tahu saya menyalakan klakson tanpa henti sambil terus mengejarnya.  Dia menjalankan kendaraan bagaikan dikejar setan, padahal saya kan manusia bukan setan.  Pastinya dia kabur karena ingin lari dari tanggung jawab.  Di belokan Cihanjuang dia sengaja membelokan motornya mungkin dia ingin sembunyi, dari kejauhan saya  tetap bisa melihatnya.  Terlihat dia mulai memperlambat laju motornya, posisi sudah makin dekat, entah karena nafsu atau kegirangan, lalu saya kembali membunyikan klakson mengejarnya.  Lalu apa yang terjadi, si pelaku tabrak lari itu tentu saja kaget dan kembali memacu motornya lebih cepat, malah lebih cepat dari sebelumnya.  Saya agak menyesal gagal mengejar si pelaku, karena di pertigaan jalan itu saya kehilangan jejak.  Saya kira membunyikan klakson adalah kekeliruan strategi, ini jadi pengalaman pribadi.  Namun di balik kejadian itu, saya peroleh beberapa hikmah.  Hikmah pertama bahwa bunyi klakson dan upaya pengejaran tidak akan mampu menyadarkan si pelaku untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, saya hanya bisa memberikan peringatan. Seperti halnya kita mengajak orang pada kebenaran, kita tidak bisa memaksa mereka, yang bisa kita lakukan adalah mengajaknya atau memberikannya peringatan.  Hikmah kedua adalah si pelaku tabrak lari meski bisa lepas dari kejaran saya, tapi tidak bisa lepas dari hukum alam atau sunnatulloh.  Siapapun yang berbuat pasti akan membuahkan hasil dari perbuatannya itu.  Hari ini bisa saja dia bebas dari segala tuntutan tapi di hari berikutnya buah perbuatannya akan segera mendatanginya.  Kecuali jika dia meminta maaf pada si korban dan mengganti rugi segala biaya yang harus dikeluarkan oleh si korban.  Siapa yang menanam dia akan menuai hasil, ingat selalu hal itu wahai pelaku tabrak lari.

Selasa, 12 Februari 2013

simply is the best

Di sebuah pom bensin di sekitar Cibeureum Cimahi, terlihat antrian motor akan mengisi premium.  Urusan antrian memang harus tertib, semua orang pun mematuhinya.  Selain tertib tentu saja prosesnya harus cepat sehingga kita tidak terlalu lama membuang waktu untuk antri membeli premium. Dari seringnya mengisi premium dari SPBU ke SPBU yang lain, saya sering memperhatikan beberapa karakter orang dalam membeli premium tersebut. Ada yang langsung membeli dengan nilai yang pas, misalnya sepuluh ribu, atau lima ribu.  Beberapa konsumen lain ada yang ingin diisi full saja tangki motornya.  Untuk yang membeli premium dengan nilai uang yang pas, tentu sangat simple karena membayar dengan uang pas atau kalau uangnya tidak pas maka uang kembaliannya pun tidak susah.  Yang agak rumit adalah jika mengisi dengan full tank lalu terlihat nilai uang di meteran SPBU tersebut nilainya tidak pas, sebagai contoh 11.555. Dengan nilai uang yang tidak pas tersebut otomatis petugas SPBU harus selalu menyediakan uang kecil, dan yang jadi titik kritis saya adalah bukan recehannya tapi itu butuh waktu yang lebih lama untuk memberikan uang kembalian itu pada si pembeli.  Dan kasus inilah yang saya alami pagi tadi di SPBU itu.  Antrian tersendat rupanya ada pembeli yang nunggu kembalian uang receh karena ternyata si petugas kehabisan uang receh tersebut.  Saya hanya berfikir kenapa orang itu tidak membeli saja dengan nilai yang pas, misal Rp.11.000 atau Rp.12.000 sekalian kan simpel sekali.  Malah ada yang karena kembalian uang receh tersebut kurang sedikit lalu marah sampai ada yang menulis di koran. Itulah dia setiap orang punya jalan berfikirnya masing-masing. Ada yang berfikir dan bertindak ribet namun ada pula yang ringan dan sederhana.  Jika para pengendara motor saat beli premium seperti itu semua, wah bisa lama kalau antri di SPBU, belum lagi ada beberapa orang yang minta bon pembelian, ini malah lebih lama lagi.
Anda yang membeli premium untuk motor anda dengan pola seperti itu, segeralah berfikir, bisa saja anda menzalimi orang lain karena menyia-nyiakan waktu orang lain meskipun mungkin hanya 1 menit.  Waktu 1 menit tentu sangat berharga apalagi di pagi hari banyak orang yang mengejar mesin absensi kantornya masing-masing.  Selain itu tentu saja pihak SPBU harus memberikan pelayanan prima, bukan hanya mulai dari nol meterannya tapi juga menyiapkan uang recehan apabila menghadapi orang yang membeli premium dengan jumlah uang yang tidak pas.
Dari kejadian itu salah satu hikmahnya adalah Simply is The Best.